SD Negeri 8 Maccope Soppeng Usung Sokko Bampa na Palopo Dalam Gelar Karya P5




Mediainfota,Soppeng, Sekolah Dasar Negeri 8 Maccope Kelurahan Lalabata Rilau Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng melaksanakan gelar karya P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pelajar Pancasila), Sabtu 25 Mei 2024.

Gelar Karya P5 tersebut dilaksanakan oleh kelas 5 yang dibimbing langsung oleh Suriati, S.Pd.

Menurut Suriati, gelar karya P5 kali ini mengangkat salah satu makanan tradisional yang erat kaitannya dengan kearifan lokal suku Bugis-Makassar yakni Sokko Bampa dan Palopo.

Sokko Bampa adalah nama jenis makanan yang berbahan dasar dari beras ketan dan dicampur dengan santan kelapa yang proses pembuatannya terbilang unik karena harus dipukul menggunakan spatula lebar berbahan kayu,Papar Suriati.


Sedangkan Palopo adalah pelengkap dari Sokko Bampa tersebut. Palopo terbuat dari bahan dasar gula merah yang dimasak bersama santan dan telur dan menjadi bahan cocolan bagi Sokko Bampa tersebut, katanya lagi.

Sokko Bampa dan Palopo kerap kali muncul di acara pesta pernikahan dan termasuk makanan wajib yang harus dibawa calon pengantin pria pada saat akan melangsungkan akad nikah.

Selain itu, Sokko Bampa dan Palopo juga dibuat manakala ada acara persiapan benih untuk menanam padi yang dalam bahas bugis disebut " Maddoja Bine".

Untuk melestarikan adat budaya ini, maka kami dari SDN 8 Maccope menggelar karya P5 dengan mengangkat Sokko Bampa na Palopo sebagai materi. Dalam proses pembuatan Sokko Bampa na Palopo ini selain membekali siswa dengan pengetahuan baru, kami juga mengajarkan siswa tentang kemandirian dan kerjasama yaitu membersihkan seluruh peralatan yang sudah dipergunakan setelah proses gelar karya selesai dilaksanakan.

Kepala UPTD SPF SDN 8 Maccope Hariadi, S. Pd menyambut baik gelar karya P5 dengan materi Sokko Bampa na Palopo.

" Ini salah satu upaya menjaga tradisi yang baik. Disamping itu, diajarkannya anak-anak tentang Sokko Bampa na Palopo bisa memupuk kemandirian dan mengajarkan anak-anak tentang filosofi kesabaran karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan butuh ketelatenan. Saya mengapresiasi kegiatan ini karena bisa menjadi salah satu upaya mempertahankan kuliner daerah". Tandas Hariadi, S. Pd.(**)